NurIndahIslami

                                                SEPARUH ROTI

Tangan mungil sang generasi
Mimik wajah nan bosan bercampur peluh
Kulit coklat dibawah matahari
Rambut berbau hangus

Bajunya tak kenal merk
Bajunya tak kenal warna
Bajunya tak kenal wangi
Bajunya yah bajunya..........

Tanpa alas kaki kuat menahan panas
Tanpa bantal kuat kepalanya
Malas tahu dimana letak kenyamanan itu
Persetan dengan keadaan
Dia lelaki, dia wanita sama saja

Hanya tangan rejekinya
Hanya badan penguatnya
Hanya karena dia tak ada apa-apa
Sekeping logam dia terima
Terhantarkan dari mana-mana
Setiap laluan jalan
Suara kerincingan logam terdengar



Senyum simpul bahkan manis
Senyum lebar hendak merekah
Meski tau semua tak seberapa.


Riuh bunyi dari perutnya
Tak tertahan dada tersesak
Terguncang perasaannya
Menahan peluhnya derita

Sebuah roti tak terbeli
Hanya karena terbatas logam
Tak mengenal uang kertas
Hanya ada bulatan berharga


Separuh roti
Tiada keharuman tiada kebersihan
Tiada soal akan kuman
Tak terpengaruh akan penyakit
Tangan cepat menerkam
Dibuka lebar mulutnya
Tak tahan untuk ditahan.



NurIndahIslami

PELUH
(Nur Indah Islami)

Ratusan Kilo ku tempuh setiap harinya
Ratusan recehku raib  setiap harinya
Ratusan keringatku setiap harinya
Ratusan ribu ku tak tersisa juga setiap harinya

Peluh basi menjadi penghuni seragam lusuhku
Berjalan di pendakian jalan menanjak
Ratusan urat kaki longgar menjadi rapat
Buncitan betis yang keras

Menggendong tas merah marun
Beban tangan ku rasa
Entah yang ku bawa apa
Hanya sepetak puluhan kertas menjadi satu bagian

Ilmu menguatkanku
Penasaranku mendorongku
Semangatku tumbuh karena itu
Tak peduli seberapa lelahnya

Kokokan ayam menggetarkan imajinasi tidurku setiap paginya
Air menyegarkan malasku setiap paginya
Matahari menyinari gerakku setiap paginya
Dan malam menyambut kepulanganku.




NurIndahIslami

Ketika ku ditantang keadaan

Tak seorang pun tahu bahwa raga ini lelah menopang bumbunya hidup yang beragam
Sendirinya ku lalui tak perduli apa kata mereka
Terpenting nafasku ada, kekuatanku ada, kaki masih tergerak, dan tekadku tetap bulat
Letih ku menahan fananya hidup
Letih ku merasakan pahitnya
Letih ku hadapi susahnya
Tapi kenapa aku bisa?
Apakah jawabannya adalah Tuhan.............................................................

Aku melarat , tiada yang tahu
Aku sengsara , tiada yang tahu
Aku miskin , tiada yang tahu
Aku sakit , tiada yang tahu
Aku lapar , mana ada yang tahu , karena semuanya tak mau tahu

Ku bingung sendiri
Ku mencoba mencari jawaban diatas kebingunganku
Ku tanya Tuhan , mengapa ini ? ada apa ini ? tega kah kau ? aku ini lemah.....

Laksana megah matahari dan sekilau bintang , ku ingin sepertinya
Matahari tak pernah menyusut , sinarnya menghangatkan dan diperlukan
Bintang selalu menjadi dirinya sendiri kilaunya tak pernah berubah bentuk tapi tetap di harapkan di setiap kegelapan
Ku ingin tegar , tidak hendak mengalah
Keadaan memusuhiku dari segala arah
Hidupku tak teratur tapi sengaja kuatur
Sebisanya aku bangga dengan kondisi
Menyimpulkan senyum tipis dibalik kerutan lelah
Sejatinya itu bukan aku ....
NurIndahIslami

            Sore hari ketika pulang kuliah saya sedang menunggu angkotan kota untuk pulang kerumah dan tidak jauh dari tempat saya berdiri saya melihat sepasang anak kembar di persimpangan jalan dengan sebuah kaleng susu  didepannya. Dengan penasaran saya bergerak mendekati mereka dan memandangi wajah-wajah mereka yang sangat kental miripnya bahkan tidak ada bedanya sama sekali. Kaleng susu mereka kosong tak ada apapun didalamnya. Tak lupa saya mengeluarkan dompet dari tas untuk mengambil sedikit uang dan memberikannya kedalam kaleng susu mereka. Mereka perempuan dan mereka cantik sekali tetapi mereka lusuh tidak terawat, saya rasa mereka berumur 7 tahun dan orang tuanya entah kemana tega sekali anak kembar selucu dan sekecil itu dipekerjakan seperti itu di bawah terik matahari dan asap pekat kendaraan yang bisa mengganggu pernafasan. Agkot yang saya tunggu telah tiba Dengan gerak lamban saya beranjak pergi meninggalkan mereka .
            Keesokkan harinya setiap pergi dan pulang kuliah saya melewati jalan yang sama dan saya pun selalu menemukan mereka dengan posisi yang sama dengan kaleng susu didepannya tetapi kali ini ada yang berbeda dari mereka , menampakkan mimik wajah gembira khas anak-anak yang diberikan permen lolipop besar. kaleng susu mereka agak terisi hari ini mungkin karena itu senyum keduanya sumringah meskipun terlihat lelah. saya mendekati mereka dan mencoba menyapa dan berkenalan dengan keduanya. Mereka sangat lucu sekali, tidak sombong, bahkan dengan saya yang baru dikenalnya mereka tidak takut ataupun canggung. Mereka anak yang baik, sangat terbuka. Jarang saya menemukan anak kecil berumur 8 tahun seperti mereka. Karena keadaan mereka dituntut untuk dewasa meskipun dengan umur yang tidak semestinya.
            Seiring hari-hari berlalu saya selalu berjumpa dengan mereka dan kami sudah menjadi teman bahkan saya sangat ingin menjadi seorang kakak untuk mereka. nama mereka adalah Uci dan Aci. Sepulang kuliah kami makan bersama-sama. Saya membeli lebih makanan untuk berbagi kepada mereka. sangat senang mengenal anak kembar ini.
            Stok makanan di kostan sudah habis karena sudah akhir bulan, uang jatah bulanan juga habis. Kadang merasa banyak masalah menjadi anak kostan jauh dari keluarga bahkan kebutuhan pun juga. Hari minggu saya pergi ke Indomaret untuk membeli semua bahan yang saya butuhkan sampai 1bulan kedepan, dan ketika menuju kasir ingin membayar saya tersentak kaget. Entah kenapa saya begitu terkejut dan terdiam terpaku dengan membawa keranjang bahan makanan yang penuh yang hampir terlepas dari genggaman. Saya melihat seorang ibu paruh baya yang terihat dandanannya seperti ibu pejabat dengan tas bermerk di tergantung di pergelangan tangan mulusnya itu dengan wajahnya yang tidak asing bagiku, benar.. sangat tidak asing bahkan saya selalu menemui ibu ini. Otak saya pun langsung bekerja untuk mengingat dimanakah saya pernah berjumpa dengan ibu ini tetapi tak kunjung menemukan jawaban. Saya pun langsung bergegas menuju kasir untuk membayar.
Dalam perjalanan saya mulai berfikir lagi tentang wajah ibu yang tadi tak asing itu. Ternyata selang beberapa menit saya mulai mengetahui wajah ibu tadi.
 “tadi..oh yah ....itu.. anak itu......anak kembar itu.. mereka sangat mirip sekali dengan ibu tadi, sangat mirip tidak ada bedanya”. gumam ku sambil berjalan
Keesokan harinya saya menemukan anak kembar jalanan itu, dengan rasa penasaran saya mencoba bertanya dengan mereka tentang orang tua nya.
“Uci, Aci kakak boleh nanya gak sama kalian?” tanyaku dengan mimik penasaran
“tanya apa kak? ” jawab mereka serentak
“orang tua Aci sama Uci dimana ? kok kakak belum pernah melihat mereka disini sama kalian ?” sontakku dengan dua pertanyaan sekaligus
Tampaknya anak kembar itu kebingungan mencari jawaban dan semua itu terlihat dari mimik wajah mereka yang lucu.
“ummm......orang tua , um.. ayah dan ibu .... kita tidak punya kak... dari kecil kita bersama mbah ” jawab mereka dengan agak tersendat-sendat.
“Mbah kalian maksudnya nenek kalian yah? ” tanyaku lagi saking penasaran
“iya kak dari kecil kita dirawat mbah , mbah mengurus kami tapi mbah serba kekurangan jadi kami ingin membantu mbah dengan duduk disini seperti ini menunggu kaleng-kaleng susu ini terisi”
Saya kaget mendengar jawaban anak berumur 8 tahun ini. Tak menyangka di umur semuda itu sudah bisa berfikiran seperti itu, Dewasa sekali. Saya sempat malu dengan diri sendiri dan sempat juga merasa kalah dengan mereka.
Penasaran saya belum juga terhapuskan. Aci sepertinya kakak dari Uci bahkan dia yang menjadi juru bicara disini, menjawab semua apa yang aku tanyakan.
“ibu sama ayah aci dan uci dimana ?”
“kita tidak punya mereka, kata mbah kita dulu ditemukan didepan pintu rumah  mbah, lalu mbah lah yang  merawat kami kak ” jawab Aci dengan tegas.
Sudah saya terka jawabannya akan seperti ini mereka dibuang, dibuang lalu diletakkan didepan pintu rumah orang. Orangtuanya sungguh tega.sangat tega.
            Lalu ibu tadi, Ibu yang berhasil membuat saya terperanjat sekaligus penasaran dengan wajahnya yang sangat mirip dengan anak kembar ini. Apakah kemungkinan ibu itu bisa jadi orangtuanya Aci dan Uci. Jujur, ibu tadi tidak ada bedanya dengan wajah mereka ibarat pepatah bagaikan pinang dibelah dua. Yah layaknya seperti itu. Tetapi bagaimana saya bisa bertemu dengan ibu itu. Bandung sangat luas kemungkinan kecil bisa bertemu beliau lagi. Wajah saya seketika berubah bingung disertai semangat menggebu-gebu untuk menemukan anak kembar itu dengan ibu kemarin. Dengan harapan firasat saya tidak meleset bahwa mereka adalah keluarga yang terpisahkan, ibu yang terpisahkan selama 8 tahun dengan anak kembarnya, dipisahkan entah perbuatan siapa.
            Minggu sore Saya berniat membawa Aci dan Uci bersantai di alun-alun kota. dan lagi, saya tersentak kaget bahkan sangat kaget dilengkapi terkejut karena apa yang saya lihat, saya melihat ibu yang mirip dengan anak kembar ini, ibu yang beberapa hari lalu yang saya kira beliau adalah orangtua dari Aci dan Uci. Tak membuang-buang waktu saya langsung bergegas dan berlari menemui ibu tersebut dengan membawa Aci dan Uci.
Ibu itu sepertinya kaget dengan kedatangan kami tergesa-gesa menemuinya. Lalu bertanya
“kalian siapa ? mengapa tergesa-gesa seperti ini kepada saya” tanyanya sinis
Saya pun langsung membuka inti pembicaraan.
“ibu, maaf sebelumnya, coba ibu perhatikan kedua anak ini”
“mengapa mereka? ....” jawab ibu itu sedikit penasaran
Beberapa seling kemudian ibu itu seperti terperanjat dan seperti ingin menangisdan teringat sesuatu dalam fikirannya.
“mereka.....mereka....wajah ini.......mereka berdua....mereka sangat mirip, mereka kembar dan mereka mirip denganku..bukankaaaah ....” ibu itu tiba-tiba menangis dan seperti mengingat sesuatu yang sangat menyedihkan.
“ada apakah bu...ibu mengenal mereka ? mereka dibuang orangtuanya dan diletakkan didepan pintu rumah orang lain”
Ibu itu pun langsung memeluk Aci dan Uci dan menciumi pipi mereka, lalu berkata.
“Kalian anakku, anakku hilang, ibu rasa anak ibu diculik dan tidak kunjung ibu temukan, yah..anak ibu kembar .” tangan ibu itu langsung membuka sedikit baju belakang Aci dan Uci.
            Ternyata di punggung mereka terdapat tanda lahir berbentuk seperti goresan berwarna kecoklatan, ibu itu langsung memeluk mereka lagi dengan erat. Tetapi Aci dan Uci tampaknya kebingungan dengan apa yang dilakukan ibu itu, namun ibu itu langsung menceritakan semuanya kepada Aci dan Uci dan saya ikut terharu dengan sedikit menangis. Ibu itu langsung mengajak Aci dan Uci kerumah mbah mereka untuk mengetahui kejelasan dari semua cerita berpisahnya mereka.
Mereka pun menjadi satu keluarga kembali yang sekian lama terpisahkan keadaan.